SLAWI – Program ‘Yuh Sekolah Maning’ yang digagas Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kabupaten Tegal dinilai belum maksimal. Hal itu dikarenakan alokasi anggaran dalam APBD Kabupaten Tegal 2018 sebesar Rp 4 miliar, hanya terserap Rp 1,6 miliar.
“Data tidak valid, sehingga alokasi anggaran tidak terserap semuanya,” kata Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Tegal, Bahrun usai menggelar rapat Prognosis APBD 2018 bersama Dikbud Kabupaten Tegal, kemarin.
Dikatakan, belum maksimalnya program pengentasan anak putus sekolah itu, bukan karena Dikbud tidak bisa menjalankan program tersebut. Namun, karena data yang tidak valid dari Bappeda Kabupaten Tegal. Dalam perencanaan sebelumnya, jumlah anak putus sekolah sebanyak 11 ribu. Namun, setelah dilakukan penelurusan di lapangan, sebanyak 4 ribu anak sudah melanjutkan sekolah.
“Yang bisa dilaksanakan hanya 499 anak. Sedangkan, sisanya memang tidak mau melanjutkan sekolah lagi,” ujar politisi PKS itu.
Menurut dia, anak yang putus sekolah dan tidak mau mengikuti program ‘Yuh Sekolah Maning’, dikarenakan malu untuk sekolah. Selain itu, anak tersebut juga memilih untuk bekerja. Padahal, program yang mendukung Wajar 9 Tahun itu, dibiaya sepenuhnya oleh Pemkab Tegal. Pembiayaan dimulai dari perlengkapan sekolah hingga uang saku.
“Harus ada validasi data yang tepat antara Bappeda, BPS dan Dinsos. Mungkin di luaran sana masih ada anak putus sekolah yang ingin kembali belajar,” tegas Bahrun.
Ditambahkan, jika masyarakat menemukan adanya anak putus sekolah yang berkeinginan untuk belajar kembali, diminta untuk menginformasikan kepada dinas terkait. Hal itu dilakukan agar anak putus sekolah di Kabupaten Tegal bisa dituntaskan. Kondisi tersebut juga berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Masyarakat (IPM) Kabupaten Tegal. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi IPM.
“Kami minta masyarakat untuk berpartisipasi dalam menginformasikan anak putus sekolah,” pungkasnya.
Discussion about this post