SLAWI – Warga Dukuh Sawangan, Desa Sigedong, Kecamatan Bumijawa, Kabupaten Tegal minta ikut bergabung dengan Kabupaten Brebes Selatan yang sudah mendapatkan persetujuan dari DPRD setempat. Hal itu dikarenakan Dukuh Sawangan dinilai tidak diperhatikan Pemkab Tegal.
Hal itu diungkapkan Anggota DPRD Kabupaten Tegal, Nuridin yang merupakan perwakilan dari Kecamatan Bumijawa, Kecamatan Bojong dan Jatinegara, kemarin. Anggota Komisi II itu kerap mendapatkan keluhan dari warga Sawangan yang menginginkan untuk bergabung dengan Brebes Selatan. Pasalnya, warga Sawangan yang sebelumnya dijanjikan akan dibangunkan jalan menuju pusat Desa Sigedong, hingga kini belum direalisasikan.
“Jalan sudah ada dari Sawangan menuju Sigedong. Tapi, mangkrak tidak dibangun-bangun,” ujar anggota DPRD dari Fraksi Golkar itu.
Dijelaskan, sejak belasan tahun lalu, warga Sawangan dijanjikan akan dibangunkan jalan tembus dari Sawangan menuju Sigedong dengan panjang sekitar 11 kilometer. Jalan selebar 3 meter itu telah dibuka, tapi hingga kini belum diaspal. Padahal, jalan tembus tersebut juga bisa menjadi jalur evakuasi saat Gunung Slamet bergejolak. Selama ini, warga menuju wilayah Sigedong dan Bumijawa melalui jalan milik Kabupaten Tegal. Jarak tempuh warga melalui jalan itu mencapai lebih dari 20 kilometer.
“Makanya, warga lebih dekat dengan wilayah Brebes. Permintaan gabung dengan Brebes Selatan sudah mulai menjadi pembicaraan warga Sawangan,” katanya.
Menurut dia, dukuh yang paling dekat dengan puncak Gunung Slamet itu, memiliki potensi hasil pertanian yang luar biasa. Dukuh itu menjadi salah satu penyedia sayur-sayuran dan buah-buahan. Komoditas unggulan dukuh itu, yakni kentang. Bahkan, jarak dukuh dengan pusat pemerintahan yang sangat jauh itu, membuat Sawangan terkesan terisolir. Harga-harga kebutuhan pokok juga lebih tinggi dibandingkan wilayah lainnya.
“Di tingkat nasional, pemerintah getol dengan harga disamaratakan. Sedangkan, di Sawangan malah jomplang jauh,” ujar Nuridin.
Ditambahkan, harga semen di Sawangan bisa mencapai Rp 65 ribu per kantong. Padahal, harga semen di wilayah lainnya hanya Rp 50 ribu perkantong. Selain itu, Sawangan juga ketinggalan jauh tentang teknologi. Sinyal handphone di dukuh itu sangat sulit.
“Penerangan jalan juga minim. Dari Bumijawa hingga Sawangan belum ada lampu penerangan jalan,” pungkasnya.
Discussion about this post