PUASA atau dalam bahasa Arab disebut shaum atau shiyam yang berarti menahan diri, pada dasarnya bersifat universal. Menurut Wakil Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Tegal, M Khuzaeni, bahwa saudara-saudara kita yang beragama lain bahkan penganut aliran kepercayaan sekalipun melaksanakan puasa. Demikian pula umat bangsa-bangsa sebelumnya seperti bangsa Mesir Kuno yang menyembah berhala, bangsa Yunani dan bangsa Romawi juga melaksanakan puasa.
“Akan tetapi, puasa Ramadhan memiliki keutamaan yang berbeda dengan puasa-puasa lainnya, baik yang dilakukan non muslim maupun muslim. Puasa Ramadhan adalah puasa yang diperintahkan Allah SWT,” kata Sekretaris DPD Partai Golkar Kabupaten Tegal yang akrab disapa Jeni itu.
Perintah puasa dari Alloh SWT dinyatakan dalam Firman Allah Surat Al Baqarah ayat 183 yang artinya ‘Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa’. Untuk melaksanakan puasa Ramadhan banyak syarat dan ketentuan yang harus dipenuhi, termasuk reward (pahala) dan punishment (dosa) bagi mereka yang melaksanakan dan meninggalkannya.
“Puasa Ramadhan sebagaimana namanya hanya dilaksanakan pada bulan Ramadhan dan tidak dapat dilaksanakan pada bulan lain, kecuali untuk meng-qadha,” terang pria yang dekat dengan para ulama itu.
Puasa harus dimulai dengan niat pada malam sebelum puasa, dari sejak terbit fajar sampai terbenam matahari, dan dilarang makan, minum, bersetubuh pada waktu puasa, diwajibkan kepada yang beragama Islam, berakal, balig, suci, dan lainnya. Bagi mereka yang melaksanakan puasa Ramadhan, Allah SWT menjanjikan pahala yang berlimpah. Disamping keutamaan-keutamaan puasa, dalam bulan Ramadhan Allah SWT juga menjanjikan pahala yang berlipat untuk ibadah atau perbuatan baik lainnya.
“Bagi mereka yang meninggalkan puasa karena suatu alasan yang dibenarkan, Allah SWT mewajibkan untuk menggantinya di waktu lain, sedangkan bagi mereka yang tidak mampu melaksanakan puasa mereka wajib membayar fidyah sesuai isi surat Al Baqarah : 184-185,” jelas Jeni.
Ketentuan-ketentuan Allah SWT mengenai puasa Ramadhan yang demikian sempurna mengisyaratkan kemuliaan dan pentingnya puasa bagi orang yang beriman, yaitu agar kita menjadi orang yang bertaqwa. Dengan demikian, puasa Ramadhan memiliki makna ketaatan mahluk pada penciptanya karena dengan berbagai persyaratan yang ditentukan dengan ikhlas tetap melaksanakannya dan sekaligus menjadi media untuk meningkatkan kualitas diri, yaitu dengan shaum dari perbuatan yang tidak baik, tetapi memperbanyak perbuatan baik.
“Melalui puasa semoga kita menjadi manusia yang taat dan berkualitas,” pungkasnya.
Discussion about this post