SLAWI – Debit Waduk Cacaban di Kecamatan Kedungbanteng, Kabupaten Tegal terus berkurang yang berimbas pada pasokan air ke sejumlah wilayah kabupaten tersebut. Terlebih, pada saat musim kemarau yang mengakibatkan kekeringan di wilayah pantura dan sekitarnya. Dibutuhkan, embung besar untuk menampung air hujan yang bisa digunakan saat musim kemarau.
“Emang sudah banyak embung yang dibuat, tapi kapasitasnya kecil. Jika musim kemarau, embung juga ikut kering,” kata Anggota DPRD Kabupaten Tegal dari Fraksi Gerindra, Rudi Indrayani, kemarin.
Dikatakan, Waduk Cacaban yang dibangun pada masa pemerintahan Presiden Soekarno, sudah tidak maksimal untuk menambung air. Pengendapan tanah di waduk itu membuat debit air berkurang cukup banyak. Alhasil, saat musim kemarau waduk hanya mampu mengairi lahan di sekitar waduk. Padahal, air di waduk tersebut seharusnya bisa mengaliri hingga daerah pantura.
“Saat musim kemarau, wilayan Suradadi, Warureja dan lainnya kekurangan air bersih. Bahkan, lahan pertanian juga mengering,” ujarnya.
Menurut dia, sejumlah wilayah diakui sudah banyak dibangun embung. Namun, embung berukuran kecil hanya digunakan sebagai resapan. Saat musim kemarau, embung tidak bisa digunakan untuk mengaliri lahan pertanian ataupun sumur-sumur warga. Kondisi itu dibutuhkan penampungan raksasa untuk menahan air hujan langsung ke laut. Jika embung raksasa itu bisa menampung sebanyak-banyaknya, maka saat musim kemarau bisa dibuka untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dan lahan pertanian.
“Paling tidak ada dua embung besar yang dibangun, yakni di daerah atas sekitar wilayah Balapulang dan di daerah pantura sekitar wilayah Suradadi,” beber Anggota DPRD dari daerah pemilihan III meliputi Kecamatan Warureja, Suradadi dan Kramat itu.
Ditambahkan, program pembuatan embung raksasa harus direncanakan secara matang. Jika APBD Kabupaten Tegal tidak mampu mengalokasi anggaran pembangunan embung raksasa itu, maka bisa diusulkan ke Pemprov Jateng atau Pemerintah Pusat. “Harus dimulai dari sekarang, karena kedepan kekurangan air saat musim kemarau semakin parah. Terlebih, hutan sudah mulai gundul,” pungkasnya.
Discussion about this post