SLAWI – Dinas Sosial kabupaten Tegal membantah adanya pemotongan dana bantuan social bagi terdampak covid- 19. Pemotongan sebesar 10 persen dari keuntungan e-warung agen supplier itu, semula dikabar kan untuk operasional distribusi sembako ke masyarakat. Padahal,itu belum pernah dilakukan pleh Dinsos.
“Sebenarnya itu baru sebatas rencana, tapi belum kami lakukan karena beredar kabar kurang baik, sehingga rencana itu tidak jadi dilaksanakan.” Kata Kabid Perlindungan dan Jaminan Sosial Dinsos kabupaten Tegal, Sus Heriningsih saat rapat kordinasi dengan Komisi IV DPRD kabupaten Tegal, selasa (2/6).
Dia membeberkan, awalnya rencana pemotongan itu sejalan dengan rencana pengalihan pengelolaan bantuan beras kecamatan yang sebelumnya dikelola Bulog. Namun, rencana pengalihan itu dibatalkan karena dari pihak kecamatan tidak bersedia mengelolanya.
Menurut Sus, tujuan pemotongan 10 persen semula untuk operasional kecamatan dalam pendistribusian beras. Pemotongan itu berasal dari keuntungan e-warung, agen dan suplayer.
“ Tapi pemotongan itu baru mimpi, dan tidak ada maksud apa –apa,” kata Sus menjelaskan. Dalam rapat itu, Sus juga menyinggung soal penolakan bansos oleh sejumlah kepala desa (kades) di Kecamatan bojong. Para kades itu menghendaki agar bantuan sembako basah diganti dengan uang tunai. Namun, harapan itu sepertinya sulit untuk direalisasi. Alasanya, karena bantuan tersebut berasal dari pemerintahan pusat yang bentuknya memang non tunai. Diperoleh kabar, ada beberapa desa yang warganya mendapatkan bantuan yang sudah busuk. Untuk mengantisipasi itu, pihaknya akan menggantikannya dengan anggaran lain.
“ Ada anggaran untuk desa Rp 8 ribu per KPM (Keluarga penerima Manfaat). Uang ini bisa digunakan untuk mengganti telur yang pecah dan tempe yang busuk,” terangnya.
Ketua komisi IV DPRD Kabupaten Tegal, Hj Noviatul Faroh, S.IP mminta Dinsos untuk melibatkan petugas PKH dan TKSK dalam pendistribusian. Tujuannya ketika ada masalah segera diatasi. Seperti halnya banyak banyak telur yang pecah. Jadi seblelum dibagikan kemasyarakat sudah tidak ada masalah.
“jadwal pendistribusian harus tepat, sehingga suplayer bisa mempersiapkan barangnya agar tidak busuk saat dibagikan kemasyarakat,” harapnya.
Discussion about this post