KRAMAT – Pasar Kemantran, Kecamatan Kramat, Kabupaten Tegal kondisinya sangat memprihatinkan. Selain bau, pasar juga semakin kumuh dan semrawut. Padahal, pasar yang berada di jalur penghubung antara Pantura dengan Slawi itu baru direvitalisasi pada tahun 2015 lalu. Revitalisasi pasar yang bertujuan untuk memberikan kenyamanan para pengunjung, justru semakin tidak nyaman.
“Bukannya tambah bagus, tapi malah semakin bau, kumuh, dan semrawut,” tutur Sudaryo,39, warga Desa Kertayasa yang kerap pergi ke Pasar Kemantran, kemarin (2/2).
Kumuhnya pasar terbesar di Kecamatan Kramat itu terlihat di halaman depan pasar yang seharusnya untuk lahan parkir, justru becek karena digenangi air. Akibatnya, bau tak sedap tercium di lokasi pasar dan di sepanjang jalan tersebut. Parahnya lagi, kemacetan di jalan itu juga semakin meningkat. Meski jalan sudah dibeton, tapi penyempitan jalan akibat aktivitas pasar membuat kemacetan hampir setiap saat. Terlebih, kini banyak kendaraan besar yang melintasi jalur yang menjadi kewenangan kabupaten itu.
“Kondisi seperti ini sebenarnya sudah lama. Tapi tidak ada upaya dari pemkab,” ucapnya kecewa.
Jika melihat hasilnya seperti itu, Sudaryo menilai bahwa revitalisasi yang dilakukan Pemkab Tegal gagal. Sebab, selain pengunjung pasar yang mengeluh, para pedagang juga merasa tidak nyaman. “Ini harus ada pembenahan secepatnya,” sarannya.
Sementara, Anggota DPRD Kabupaten Tegal, Sahuri juga membenarkan kegagalan revitalisasi itu. Menurutnya, jika Pasar Kemantran tidak secepatnya dibenahi, maka masyarakat akan menjauh dari pasar tradisional. Mereka akan memilih ke pasar modern. Untuk itu, dia menyarankan agar pemkab segera merapikan kondisi Pasar Kemantran. Tidak hanya pasar itu, pasar-pasar lainnya yang telah direvitalisasi juga harus dibenahi.
“Jika ingin membangun segera dituntaskan. Jangan setengah-setengah karena akan membuat masyarakat kecewa,” tandasnya. (yer)
Discussion about this post