SLAWI, Pemerintah berupaya untuk melindungi petani saat gagal panen dengan Program Asuransi Usaha Tani Padi (AUPT). Petani hanya dengan membayar Rp 36 ribu permusim tanam, bisa mendapatkan klaim asuransi sebesar Rp 6 juta perhektare. Diharapkan, semua petani di Kabupaten Tegal memanfaatkan program tersebut.
“Hanya dengan membayar Rp 36 ribu permusim tanah atau sekitar 90-95 hari, atau mengumpulkan uang rata-rata Rp 300 perhari, bisa mendapatkan Rp 6 juta saat tanaman padinya dinyatakan puso,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Tegal, Ir Khofifah MM usai melakukan rapat koordinasi (rakor) dengan Komisi III DPRD Kabupaten Tegal, kemarin.
Dikatakan, Kementrian Pertanian melalui Pengendali Organisme Pengganggu Tumbuhan (POPT) telah melakukan penelitian di Kabupaten Tegal sekitar 15 hari lalu. POPT belum menemukan adanya tanaman padi yang puso. Namun, ada tanaman padi yang mengalami rusak ringan dan berat. Jika ditemukan tanaman padi yang puso, maka pemerintah siap mengucurkan dana melalui program AUTP. Akan tetapi, klaim asuransi itu diberikan kepada petani yang sudah mengikuti program tersebut.
“Kabupaten Tegal mendapatkan peringkat pertama untuk kinerja program AUTP dengan jumlah peserta sekitar 15 ribu. Dengan prestasi itu, kami mendapatkan target tambahan di tahun 2019 sebanyak 5 ribu hektare,” terang Khofifah.
Menurut dia, program asuransi sudah dirasakan banyak petani di Kabupaten Tegal, terutama petani dari wilayah Kecamatan Warureja, Suradadi, Balapulang dan wilayah lainnya. Untuk menyukseskan program tersebut, pihaknya menggandeng produsen pupuk melalui program CSR untuk membayarkan iuran asuransi petani sekitar 2 ribu hektare. Selain itu, pihaknya juga mengusulkan bantuan benih bagi petani yang mengalami gagal panen.
“Pendaftaran asuransi dilakukan melalui kelompok tani. Kami berharap petani dengan sadar melindungi tanamannya melalui program AUTP,” harapnya.
Sementara itu, lanjut dia, untuk mengatasi kekeringan di wilayah pantura Kabupaten Tegal, pihaknya sudah berkoordinasi dengan PSDA Pemali-Comal untuk meminta suplai air. Pada Jumat (28/7) lalu, wilayah Warureja dan Suradadi mendapatkan suplai air dari Kejene, Pemalang sebesar 1.100 meterkubik per detik. Walaupun belum mencukupi untuk kebutuhan semua wilayah yang kekeringan di pantura, namun hal itu bisa sedikit membantu para petani.
“Petani harus tetap sabar dan tabah, karena mereka (petani-red) pejuang ketahanan pangan,” pungkasnya.
Discussion about this post