SLAWI – Aksi tawuran antar pelajar sekolah di Kabupaten Tegal semakin marak. Setiap tawuran, mereka selalu membawa senjata tajam (sajam) seperti celurit, pedang maupun lainnya.
Hal ini membuat Anggota DPRD Kabupaten Tegal Ahmad Saiful Bahri prihatin.
Menurut politisi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) ini, ada beberapa sebab yang mengakibatkan para pelajar tawuran. Biasanya, mereka salah pergaulan atau kurang perhatian dari orangtua.
“Kalau regulasi di sekolah, saya kira sudah benar. Tidak mungkin sekolah mengajarkan tawuran,” kata Saiful Bahri, saat ditemui di kantor DPRD Kabupaten Tegal, Senin (14/10).
Untuk mencegah brutalnya aksi tawuran ini, Saiful Bahri menyarankan, peran orangtua di rumah harus ditingkatkan. Karena waktu anak di rumah lebih banyak ketimbang di sekolah. Selama ini, cara orang tua dalam mengasuh anak terkadang salah kaprah.
Ada orang tua yang sengaja membiarkan anak berkembang sesuai dengan kemampuannya tanpa pendampingan orang tua.
“Sebenarnya itu salah. Anak harus diarahkan ketika sudah beranjak dewasa. Jangan dibiarkan begitu saja,” kata Saiful, yang saat ini juga menjabat sebagai Sekretaris PCNU Kabupaten Tegal.
Dia menyebut, belakangan ini anak berkembang dengan fasilitas yang sangat modern. Mereka memanfaatkan smartphone yang difasilitasi dengan internet. Sehingga sangat mudah berinteraksatau bergaul yang menyesatkan.
“Penggunaan smartphone harus ada pendampingan dari orangtua juga. Walaupun anak sudah SMA/SMK, tapi sebenarnya mereka masih labil. Masih sangat mudah terprovokasi. Sehingga di sini peran orang tua sangatlah penting,” kata Saiful menyarankan.
Dia berujar, komunikasi antara orang tua dan anak adalah salah satu kunci pencegahan tawuran pelajar. Orang tua perlu mengomunikasikan hal-hal yang harus dihindari dan disikapi dengan baik oleh anak.
“Bagaimana kita menjelaskan yang baik dan buruk. Sebagai orang tua, bisa ambil peran sebagai katalisator. Sehingga anak bisa menangkap atau membentuk persepsi yang tepat,” kata Saiful yang mewakili masyarakat Dapil I meliputi Kecamatan Slawi, Kecamatan Dukuhwaru dan Kecamatan Lebaksiu.
Saiful juga mengingatkan pentingnya peran lingkungan dan masyarakat untuk mencegah tawuran maupun berbagai perilaku kekerasan lainnya pada anak usia remaja. Mestunya, setiap sekolah membentuk dan memiliki tim pencegahan kekerasan di lingkungan sekolah.
Tim itu terdiri dari orangtua, guru, tenaga kerja di sekolah, lingkungan sekitar, masyarakat, RT, RW, di mana sekolah itu berada.
“Pemerintah daerah dan psikolog juga dilibatkan, jadi lebih luas cakupannya,” imbuhnya