PUASA adalah sebuah perintah dari Allah SWT yang diajarkan oleh Rasulullah SAW. Dimana dalam ibadah puasa mengandung ke salehan individu juga kesalehan sosial, karena di dalam puasa tentu di samping itu langsung berhubungan dengan Allah SWT juga berhubungan dengan manusia.
a�?Manusia saling berlomba-lomba untuk bersedekah dengan cara memberikan buka puasa, menyediakan ta’jil, bahkan ada yg mengeluarkan zakat,a�? kata Wakil Sekretarus GP Ansor Kabupaten Tegal, Khaerul Soleh, kemarin.
Anggota DPRD Kabupaten Tegal dari Fraksi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) itu, menilai Rasulullah SAW dengan agama yang dibawanya sungguh mengemban misi yang berat, yaitu membenahi kehidupan manusia Arab Jahiliyah yang pada saat itu seperti bukan manusia, dimana-mana timbul keonaran, pemaksaan, pemerasan, pembunuhan, penyiksaan, perampokan, pemerkosaan dan kejahatan lain.
a�?Kehadiran Sang Nabi di tengah-tengah umat manusia adalah untuk meluruskan kehidupan mereka agar berlaku baik kepada sesama manusia dan mahkluk-makhluk lainnya,a�? ungkap Koordinator Jaringan Gusdurian Tegal itu.
Menurut jebolan Pondok Pesantren Alhikmah Benda Sirampog, Kabupaten Brebes, saat ini berbuat baik dan adil kepada sesama manusia dan makhluk lainnya sudah sering dilupakan oleh umat Islam. Padahal, dalam bulan Ramadan umat Islam berusaha meraih kedua-duanya yakni saleh secara individu dan saleh secara sosial. Fenomena yg terjadi saat ini banyak di antara umat Islam yang aktif, bahkan menyuruh melakukan ibadah yang berkaitan langsung dengan Allah SWT, tetapi mengabaikan ibadah sosial.
a�?Maka dari itu sudah selayaknyalah kita setelah melakukan ritual tahunan berupa puasa akan berimbas menjadi orang yang soleh secara sosial, karena dalam berpuasa banyak sekali pelajaran dan hikmah yang bisa kita ambil,a�? kata Pengasuh Majlis Taklim Baitul Mukminin Kertayasa, Kecamatan Kramat itu.
Saat ini, kata Soleh memang ke salehan sosial sudah mulai luntur bagaimana banyak di antara kita yang sudah tidak peduli lagi kepada saudara sesama muslim, apalagi saudara non muslim. Dimana dalam diri kita sudah tertanam kebencian pada sesama, hanya karena suatu hal yang dipolitisir oleh para elit negara ini. Maka, mari kita belajar untuk menyayangi dan mencintai saudara se-agama maupun saudara se-bangsa dan se-negara, janganlah kita memperuncing perbedaan mari lah kita belajar dari Sang Nabi yang mengatakan, “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berbuat baik kepada tetangganya, A�dan barang siapa beriman kepada Allah SWT dan hari akhir hendaklah menghormati tamunya, dan barangsiapa yang beriman kepada Allah SWT dan hari akhir, hendaklah berkata baik atau diam ( HR. Muslim),a�? bebernya.
Alumnus S1 Hukum Universitas Attahiriyah Jakarta itu, berandai jika masyarakay Indonesia mengamalkan hadits itu, maka sungguh hidup di dunia ini akan terasa damai dan takan ada permusuhan di antara kita baik sesama muslim maupun non muslim. Tidak sedikit umat Islam yang masih terjebak pada ritualisme. Melakukan sebuah ibadah hanya sekedar menjalankan perintah atau untuk mendapatkan pahala semata. Mereka tanpa sadar memisahkan antara urusan dunia dengan urusan akhirat, atau dengan kata lain ibadah yang dilakukannya hanya berefek pada kehidupan akhirat saja.
a�?Tak jarang mereka melakukan suatu amalan hanya mengutamakan kuantitas tanpa memperhatikan kualitas. Perbuatan yang berulang-ulang tanpa pemaknaan dan penghayatan. Padahal, setiap ibadah yang kita lakukan harus diikuti proses transendensi dan kontemplasi. Dan yang terpenting adalah setiap ibadah ritual selalu memiliki implikasi sosial,a�? pungasnya.
Discussion about this post