SLAWI – Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kabupaten Tegal berhasil menaikan jumlah pelanggan sebanyak 30 ribu dalam kurun waktu selama lima tahun. Keberhasilan itu tak lepas dari peran serta Pemkab Tegal dalam penyertaan modal ke PDAM sebesar Rp 50 miliar.
“Dalam kurun lima tahun, Pemkab baru menyetorkan Rp 38 miliar. Sedangkan, masa berlaku Perda penyertaan modal tahun ini sudah habis. Masih tersisa penyertaan modal Rp 12 miliar, sehingga Perda harus dirubah tahunnya hingga tahun 2023,” kata Ketua Pansus VI DPRD Kabupaten Tegal, Agus Salim, kemarin.
Dikatakan, Perda Nomor 3 Tahun 2013 tentang penyertaan modal Pemkab Tegal kepada PDAM Kabupaten Tegal dimulai sejak tahun 2013-2018. Dalam Perda itu, penyertaan modal Pemkab sebesar Rp 50 miliar. Namun, baru terealiasasi Rp 38 miliar. Hal itu dikarenakan bantuan dari Pemerintah Pusat direalisasikan sebesar Rp 38 miliar.
“Sistimnya Pemkab nalangi dulu bantuan dari Pemerintah Pusat. Jika pekerjaan sudah selesai, maka Pemerintah Pusat akan mengganti uang penyertaan modal itu. Jadi, uang penyertaan modal utuh,” terang Ketua Komisi I DPRD Kabupaten Tegal itu.
Dari bantuan itu, lanjut dia, PDAM telah berhasil membangun jaringan air minum untuk memenuhi kebutuhan sekitar 30 ribu sambungan. Pada tahun 2013, pelanggan PDAM sebanyak 12 ribu, dan kini bertambah menjadi 42 ribu pelanggan. Salah satu program PDAM yang berhasil, yakni sambungan untuk masyarakat miskin.
“Diperkirakan, tahun depan akan ada penambahan debit air sebanyak 100 kubik perdetik. Jumlah debit air itu mampu memenuhi kebutuhan sekitar 10 ribu pelanggan,” jelas Ketua Fraksi PKB DPRD Kabupaten Tegal itu.
Direktur PDAM Kabupaten Tegal, Brahmono Weko Pujiono menjelaskan, hingga kini pelanggan PDAM mencapai 42 ribu sambungan. Tahun ini, melalui program hibah air minum perkotaan sambungan 500 pelanggan. Tahun depan, PDAM akan mengusulkan 1.000 sambungan. Jumlah itu belum mencakup seluruh masyarakat. Diperkirakan, masyarakat perkotaan yang telah menikmati air PDAM sebanyak 33 persen.
“Pantura sebagian sudah ada hingga Maribaya (Kramat). Sedangkan, Suradadi akses dan teknisnya tidak memungkinkan, karena airnya sudah habis. Kami juga sempat mau kerjasama dengan Kabupaten Pemalang, tapi debit air dari sumber di Pemalang hanya cukup memenuhi kebutuhan di wilayahnya,” pungkasnya.
Discussion about this post