SLAWI – Pemkab Tegal berhasil menurunkan angka kemiskinan di tahun 2018 sebesar 2 persen. Akan tetapi, penurunan kemiskinan yang cukup drastis belum berbanding lurus dengan tingkat pengangguran terbuka (TPT) yang meningkat di tahun 2018.
Hal itu terungkap saat Laporan Panitia Khusus (Pansus) III DPRD Kabupaten Tegal dalam Rapat Paripurna DPRD Kabupaten Tegal agenda pembahasan Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Bupati Tegal tahun 2018, kemarin. Laporan Pansus III yang diketuai Agus Salim itu, dibacakan dalam sidang paripurna oleh anggota Pansus III, Hj Noviatul Faroh. Dalam laporannya, Pansus mengapresiasi kinerja Bupati Tegal yang terus mengalami perubahan ke arah yang lebih baik. Hal itu ditandai dengan meningkatnya Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dan PDRB Perkapita. Selain itu, pertumbuhan ekonomi di tahun 2018 juga tumbuh di atas rata-rata nasional dan inflasi dapat ditekan di bawah 3 persen.
“Beberapa indikator menunjukan prestasi yang cukup membanggakan seperti Indek Pembangunan Masyarakat (IPM) yang meningkat dan angka kemiskinan turun,” kata Hj Noviatul Faroh yang akrab disapa Novi itu.
Novi membeberkan, angka kemiskinan mengalami penurunan yang melebihi tren lima tahun sebelumnya. Penduduk miskin di Kabupaten Tegal tahun 2017 sebesar 9,90 persen. Jumlah itu mengalami penurunan di tahun 2018 menjadi 7,94 persen.
“Sayangnya penurunan kemiskinan yang cukup drastis belum berbanding lurus dengan capaian kinerja tingkat pengangguran terbuka yang meningkat di tahun 2018,” terangnya.
Dijelaskan, tingkat jumlah angka kerja di tahun 2017 sebanyak 696.162 jiwa berkurang di tahun 2018 menjadi 668.796 jiwa atau mengalami pengurangan 7.366 jiwa. Sedangkan, jumlah pengangguran di tahun 2017 sebanyak 51.000 bertambah di tahun 2018 menjadi 58.203 jiwa atau bertambah sekitar 7.207 jiwa. Sementara itu, tingkat pengangguran terbuka tahun 2017 sebanyak 7,33 persen menjadi 8,45 persen pada tahun 2018 atau mengalami penambahan sekitar 1,12 persen.
“Komposisi jumlah pengangguran lulusan SMK sekitar 25,88 persen menjadi jumlah pengangguran yang paling tinggi, mengingat siswa SMK baru menyelesaikan waktu pendidikan di bulan Juni, sehingga banyak lulusan SMK yang masih dalam tahap mencari kerja,” pungkasnya.
Discussion about this post