SLAWI, – Berhentinya operasi Pabrik Gula (PG) Pangkah di Kabupaten Tegal dan PG Jatibarang di Kabupaten Brebes, membuat para petani tebu di Kabupaten Tegal kesulitan menjual tebunya. Kondisi itu diperparah dengan harga tebu yang dimonopoli PG yang berada di luar daerah.
“Masih banyak petani di Kabupaten Tegal yang menanam tebu. Tapi, mereka kesulitan menjual tebu karena PG Pangkah dan PG Jatibarang sudah tutup,” kata Anggota DPRD Kabupaten Tegal, Abu Suud, Senin (14/6).
Dikatakan, petani yang masih bertahan menanan tebu berada di wilayah tadah hujan. Mereka menanam tebu karena tidak butuh air banyak. Tidak ada pilihan lain, karena hanya tanaman itu yang bisa menjadi sumber kehidupan. Namun, petani tebu kesulitan untuk menjual tebunya, karena dua PG wilayah terdekat sudah tutup.
“Akhirnya mereka menjual tebu di luar wilayah. Kebanyakan jual di Cirebon. Tapi ada beberapa di PG Sragi Pekalongan,” ujarnya.
Namun demikian, lanjutkan, harga jual dimonopoli PG yang bersangkutan. Petani terpaksa menjual dengan harga yang dikeluarkan PG. Harga itu dinilai tidak sesuai dengan pasaran, karena tebu dijual dengan harga Rp 23 ribu hingga Rp 30 ribu perkuintal.
“Kalau dihitung-hitung, petani rugi karena antara harga produksi dengan harga jual, lebih tinggi harga produksi,” bebernya.
Ditambahkan, dengan rencana pendirian PG di wilayah Kedungkelor, Kecamatan Warureja, para petani tebu berharap bisa kembali bergairah. Namun, petani meminta untuk harga bisa bagus.
“Kalau harga bagus, maka petani banyak yang akan menanam tebu. Ini akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat,” pungkasnya.
Discussion about this post