SLAWI- Wakil ketua Komisi IV DPRD Kabupaten Tegal M.bintang Prajamukti menyoroti fenomena tawuran pelajar yang belakangan marak terjadi di Kabupaten Tegal Salah satunya tawuran yang menewaskan seorang pelajar.
“Catatan saya ini fenomena yang trennya semakin naik dan levelnya sudah darurat kekerasan yang dilakukan oleh pelajar kita. Karena itu harus dimitigasi betul kenapa fenomena kekerasan ini makin naik trennya,” kata wakil Ketua Komisi IV (1/12/2022).
Menurutnya, harus memperketat berbagai regulasi yang sifatnya pencegahan dan orang tua harus melakukan pengawasan super ketat terhadap perilaku anak yang menyimpang ke arah tindakan kekerasan
Bintang berharap dengan tambahan sanksi sosial, para pelaku yang terlibat tawuran bisa mengubah perilakunya. Menurutnya, pemerintah perlu memodifikasi metode agar para pelajar tak terjerumus pada aksi kekerasan.
“Saya setuju ditegakkan semaksimal betul punishment bagi pelajar yang terus melakukan tindak kekerasan ini. punishment ini saya mendorong 2 hal, pertama ditegakkan semaksimalnya hukum positif kita, kedua ditegakkan pula hukum sosial,” ucap Bintang
Lebih lanjut, bintang mendorong agar pemerintah membuat kebijakan untuk membatasi para pelajar memakai gadget yang berlebihan. Menurutnya, tren kekerasan para pelajar yang terus meluas hingga ke pelosok negeri disebabkan karena dampak dari bebasnya anak-anak mengakses media sosial (medsos).
“Kita nggak bisa bayangkan di kampung-kampung juga banyak tindak kekerasan yang dilakukan oleh pelajar kita. Artinya kok saya merasa ada semacam efek dari media sosial kita, informasi teknologi kita yang begitu saja, begitu mudahnya pelajar kita bisa mengakses melihat dan akhirnya ditiru,” ujarnya.
“Karena itu saya setuju pembatasan penggunaan gadget untuk pelajar, ini sudah perlu dilakukan. Pemerintah mengambil kebijakan pembatasan terkait dengan penggunaan handphone, internet bagi pelajar, terutama pada kontes pembatasan jam,” tambahnya.
Wakil Ketua Komisi IV mendorong agar pendidikan karakter terhadap para pelajar di sekolah diperkuat. Menurutnya, dengan penambahan porsi pendidikan karakter berbasis agama dan budaya selama proses pembelajaran, para pelajar diharapkan bisa meredam perilaku menyimpang para pelajar.
“Ini kan menyangkut soal akhlak perilaku dan itu semuanya terkait dengan pendidikan karakter kita. Perilaku menyimpang dengan model kekerasan ini artinya pendidikan karakter kita belum bisa sepenuhnya berjalan dengan baik di sekolah-sekolah kita,” imbuhnya
Discussion about this post