SLAWI – Persoalan sampah di wilayah Kabupaten Tegal masih belum teratasi. Di sejumlah wilayah, sampah membuat lingkungan menjadi kumuh. Bahkan, tumpukan sampah juga mengganggu pengguna jalan karena berserakan di jalan raya.
Kondisi itu terjadi di Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di bekalang GOR Trisanja Slawi. Jalan menuju Dukuh Karangjongkeng, Kelurahan Pekambaran itu, setiap hari dipenuhi sampah. Bahkan, bau busuk akibat penimbunan sampah sudah tercium warga di pedukuhan itu. “Warga mengeluhkan bau tak sedap dari TPS di belakang GOR. Padahal, jarak TPS dengan perumahan warga mencapai 50 meter,” kata Anggota DPRD Kabupaten Tegal, Ninik Budiarti usai melakukan kunjungan di TPS belakang GOR Trisanja bersama Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Tegal, kemarin.
Politisi muda asal Fraksi Gerindra itu, kerap mendapatkan keluhan dari masyarakat sekitar. Bahkan, dirinya sudah mengecek langsung TPS yang berada di belakang GOR tersebut. Dalam pengecekan itu, sampah menutupi jalan hingga jalan tidak bisa dilewati. Sampah yang berserakan itu, juga menimbulkan bau tak sedap hingga ke Dukuh Karangjongkeng. Selain itu, GOR yang merupakan fasilitas umum untuk kegiatan besar, baik olahraga, kegiatan kedinasan dan kegiatan lainnya, juga akan terganggu dengan bau sampah tersebut. Hal itu akan membuat citra GOR menjadi lokasi kumuh.
“Setelah saya telusuri, ternyata di lokasi itu bukan peruntukannya untuk TPS. Lokasi itu dulunya untuk tempat daur ulang sampah yang dikelola Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM) Kelurahan Pakembaran,” terang Anggota Komisi IV itu.
Ninik juga sempat mempertanyakan petugas perihal asal sampah yang dibuang di TPS GOR. Informasi yang diperolehnya, sampah itu berasal dari tiga kecamatan, yakni Slawi, Adiwerna dan Dukuhwaru. Hal itu yang membuat sampah di TPS tersebut membludak setiap harinya. Sementara itu, truk pengangkut sampah tidak setiap hari mengambil sampah di TPS GOR untuk dibuat di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
“Saya kembali mengecek dengan DLH, dan langsung bersama Kepala DLH Kabupaten Tegal Agus Subagyo. Kami minta keluhan masyarakat ditindaklanjuti,” pintanya.
Ditambahkan, selain permintaan untuk pengangkutan sampah TPA minimal dua kali sehari, pihaknya juga meminta agar lokasi tersebut dikembalikan fungsinya menjadi tempat daur ulang sampah. “Kendalanya memang truk sampah yang minim. Kami akan berupaya untuk mengusulkan penambahan truk sampah,” pungkasnya.
Discussion about this post