SLAWI – Hari Tani Nasional yang diperingati setiap 24 September agaknya perlu menjadi perhatian khusus. Pasalnya dalam masa Pendemi Virus Corona (Covid-19), petani tetap bekerja di luar rumah. Mereka berproduksi untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
“Ironisnya, banyak persolan yang mempersulit petani. Dari mulai saran prasarana pertanian, kelangkaan pupuk, hingga Kartu Tani,” kata anggota DPRD Kabupaten Tegal, Bakhrun, Kamis (24/9).
Anggota Komisi III itu mengakui persoalan pertanian belum menjadi prioritas pembangunan. Seperti halnya debit air yang terus berkurang, dan dangkalnya saluran irigasi pertanian. Sementara itu, banyak lahan di Kabupaten Tegal yang luasnya di atas 1.000-3.000 hektare yang merupakan kewenangan Pemprov Jateng dan di atas 3.000 hektare kewenangan Pemerintah Pusat.
“Kewenangan Pemkab di bawah 1.000 hektare. Tidak banyak yang menjadi kewenangan Pemkab, sehingga tidak bisa bebruat banyak,” ujar politisi PKS itu.
Menurut dia, persoalan lainnya tentang Kartu Tani yang salah satunya digunakan untuk membeli pupuk bersubsidi.
Petani banyak yang belum memiliki Kartu Tani, sehingga tidak bisa mendapatkan pupuk bersubsidi. Sedangkan, petani yang sudah punya Kartu Tani banyak yang tidak bisa digunakan, karena sarananya tidak menunjang. Selain itu, petani penggarap tidak bisa mendapatkan Kartu Tani, karena tidak memiliki lahan sendiri.
“Data penerima Kartu Tani harus diuptade agar peruntukannya tetap sasaran, sarana dan prasarana penunjang harus dipenuhi, baik Kartu Tani, mesin gesek ATM, dan data RDKK benar-benar valid,” beber Bakhrun.
Ditambahkan, kondisi itu diperparah dengan harga bahan pangan yang tidak stabil. Terlebih, saat panen raya, harga jatuh. Pemerintah diminta menetapkan Harga Pokok Penjualan (HPP) yang menguntungkan petani. Pertani juga terkendala modal, dan selama ini Pemkab tidak menyediakan bantuan modal bagi petani. Pihaknya berupaya mendorong Bupati Tegal untuk menyediakan anggaran modal bagi para petani.
“Petani tak mengenal Corona. Mereka tetap keluar rumah untuk menanam padi dan bahan pangan lainnya. Makanya, pantas jika petani mendapatkan julukan pahlawan pangan dan ekonomi,” pungkasnya. (Adv/H64)
Discussion about this post